Amerika dan KO-nya Kapitalisme

23 10 2008

Tanpa malu-malu, Amerika Serikat meminta bantuan kepada China. Inilah buktinya, ekonomi, pada dasarnya tak membedakan keyakinan politik. Yang ada hanyalah ekonomi disalahgunakan untuk kepentingan politik.

Mungkin, ini kali pertama Amerika meminta bantuan kepada satu negara komunis. Tanpa canggung, Washington meminta Beijing turun tangan mengatasi krisis finansial dunia. Sebelumnya, negara-negara kapitalis juga meminta Brasil, negara yang dipimpin presiden dari golongan sosialis, untuk ikut mengatasi masalah ini.

Menteri Keuangan Amerika, Henry Paulson mengatakan dia sudah berbicara dengan Wakil Perdana Menteri China, Wang Oishan. Dia menjelaskan apa yang sepatutnya dilakukan negara itu dalam mengatasi dampak buruk kekacauan di industri keuangan dunia saat ini.

“Sangat jelas bahwa China sebagai negara dengan ekonomi yang maju bersedia ikut bertanggung jawab membuat stabilitas ekonomi dunia,” ujar Paulson pada acara Komite Nasional Hubungan Amerika-China di New York. Dia pun menambahkan, siapa pun presiden yang terpilih kelak, harus tetap menjalin hubungan dengan Beijing untuk mengatasi masalah di pasar keuangan.

Langkah mbah kapitalis dunia itu meminta pertolongan negara komunis terbesar dunia tentu sesuatu yang luar biasa. Langkah ini, jelas tidak akan pernah dilakukan oleh Amerika jika memang mereka, Amerika dan kawan-kawannya di Grup 7, bisa mengatasi krisis finansial ini.

Maka, permintaan Amerika kepada China, bisalah ditafsirkan sebagai sebuah bentuk kegagalan kapitalisme. Sebuah pengakuan kekalahan Amerika terhadap musuh bebuyutannya: komunisme.

Uni Soviet bisa saja hancur. Kalangan ahli wajar saja menilai sejarah (komunisme) dunia telah berakhir dengan kapitalisme sebagai pemenangnya dan puncak perkembangan peradaban global.

Tapi, kedigdayaan China di bidang militer, ekonomi, dan teknologi tinggi saat ini telah menempatkan negara ini sebagai negara penerus Uni Soviet. Dan, permintaan Amerika kepada China untuk ikut membantu mengatasi krisis keuangan saat ini, belum pernah terjadi dalam sejarah kompetisi kapitalisme dan komunisme.

Tapi Paulson berkilah, permintaan bantuannya ke Beijing bukan untuk kepentingan Amerika semata, melainkan untuk menolong dunia secara keseluruhan, termasuk China sendiri.

Apapun alasan Paulson, fakta berikut ini berbicara lain: China saat ini mengantongi cadangan devisa lebih dari US$1,5 miliar, neraca perdagangannya dengan Amerika selalu surplus, dan banyak perusahaan negara China memiliki saham di sejumlah perusahaan Amerika. Tambahan lagi, China banyak menanamkan investasinya di surat berharga milik pemerintah Amerika.

Tambahan lagi, betapa China adalah ‘kawan’ Amerika bisa dilihat dari jumlah kunjungan Paulson ke Beijing sejak menjadi menteri keuangan. Catat ini: 75 kali perjalanan.

Anehnya, meski Washington menoleh ke Beijing untuk suatu pertolongan, Paulson masih memiliki kepercayaan diri untuk mengatakan bahwa China harus membuka institusi-institusi pasarnya untuk membuat ekonomin bertamba kokoh. Ada indikasi China melambat dalam soal reformasi pasar. Bukankah karena terbukaan pasar yang keterlaluan itulah yang membuat kekacauan di dunia pasar modal? Ada-ada aja Amerika.


Aksi

Information

Satu tanggapan

26 10 2008
mantan kyai

amerika mah emang gak punya kemaluan !!!

Tinggalkan komentar